15 Januari
Aku suka dia, sejak lama.
Semua sudah kuperjuangkan, namun alhamdulillah, hasil nya
memuaskan.
Saat kemarin pertanggal 15 Desember.
Hari dimana dia sudah menyihir ku menjadi seribu kaku. heran, kok bisa?
Aku diriku yg dikenal tidak tahu malu sampai ada yang bisa membuatku tersapu malu.
Saat kemarin pertanggal 15 Desember.
Hari dimana dia sudah menyihir ku menjadi seribu kaku. heran, kok bisa?
Aku diriku yg dikenal tidak tahu malu sampai ada yang bisa membuatku tersapu malu.
Ah! Ini memalukan,
tapi alhamdulillahnya aku tetap bisa mengontrol aman rasa percaya diriku.
Aku menemukan jalan dimana aku harus sepenuhnya percaya kepada rasa serius ku untuknya
maksud ku, aku mau dengannya.
Ini berjalan begitu cepat karna rinduku ketika itu hanya
kepadanya.
Mungkin tuhan ingin segera mempercepat waktu untuk aku bisa menyatakan langsung dan tidak perlu adanya lagi keraguan.
Pertanggal 15 Januari,
hari dimana sebenarnya aku tidak mempersiapkan itu seperti hari apa, tanggal berapa dan tahun berapa untuk aku bisa menyatakan apa yang aku rasakan.
Yang hanya aku pikirkan saat itu adalah aku ingin padanya, dan segera ingin bertemunya, bahkan besok sekalipun.
Hingga pada hari aku sudah mempersiapkan apa yang harus aku lakukan, sampaikan, berikan, dan…? Entahlah, biar dia yang memutuskan.
Aku dengan keyakinanku yang sederhana ini, siap untuk bertempur dengan perasaan perasaan yang tidak aku inginkan.
Tiba saat dimana aku dengannya, campur aduk rasanya.
Aku senang dia penuh tawa.
Penuh ria,
penuh canda, dan aku suka.
Walaupun saat itu, saat dimana aku harus menyatakan perasaanku, harus melalui perjuangan.
Tuhan memang maha adil.
Aku harus melewati ini, demi aku mendapatkan hasil yang memuaskan, yang aku inginkan.
“Katakan! Laki macam apa kau ini?”
Kira kira begitulah yang aku pikirkan saat itu.
Sial, lagi lagi dia telah menyihirku, dengan satpam yang
tidak tahu adab, tidak tahu perasaan.
Semua begitu cepat.
Semua begitu seruu di campur sunyi,
karna waktu itu sudah malam dan dingin.
Hingga pada akhirnya aku sudah berdamai dengan diriku, dengan nona rara, inyira, insyi, syira, si tuan putri. Ah!, menggemaskan.
Dengan bantuannya, aku bisa mengontrol rasa percaya diriku.
Semua yang sudah ku persiapkan kemarin, jauh berbeda dengan apa yang aku katakan langsung pada saat itu.
Dihiasi dengan siomay, dan jus jeruk yang sangat sederhana, tidak tahu mengapa itu cukup membuatku menjadi yakin.
Peter Parker would never have been a spiderman without MJ.
And I would never be myself without her.
Alhamdulillah, alhamdulillah aku masih tidak pernah habis
untuk bersyukur.
Ini perasaan yang cukup menenangkan, tidak ada egois, tidak ada penyesalan, sehingga membuat ku selalu ingin dengannya.
“Aku ingin bertemu kamu! pertanggal besok. Tidak perlu
memikirkan ada pekerjaan apa, kepentingan apa. Aku hanya ingin kamu”.
Apapun yang aku harus lakukan sekarang adalah aku mempersiapkan diriku dan rinduku yang membeludak.
Hari dimana aku melihatnya seperti nona kayangan yang berasal dari Disney. Dia cantik dan berbakat.
Ah sial! Permainan itu membuatku rindu. Aku ingin pesan satu dirumah, ice skating!, untuk bermain sepanjang waktu bersamanya. Persetan, jatuh atau pun tidak, aku tetap senang.
Lagi-lagi, semua begitu cepat, begitu senang dan.. aku
tidak tahu lagi harus bagaimana menyampaikannya.
Sekarang aku tau, tuhan menciptakan malam untuk membuatku
berwarna disampingnya.
Tuhan menciptakan dingin untuk membuatku hangat di peluknya.
Sial! Malam itu memang malam penuh ketegangan.
Aku tulis disini karna aku sudah lupa bagaimana cara menulis,
tapi alhamdulillahnya aku tetap bisa mengontrol aman rasa percaya diriku.
Aku menemukan jalan dimana aku harus sepenuhnya percaya kepada rasa serius ku untuknya
maksud ku, aku mau dengannya.
Mungkin tuhan ingin segera mempercepat waktu untuk aku bisa menyatakan langsung dan tidak perlu adanya lagi keraguan.
hari dimana sebenarnya aku tidak mempersiapkan itu seperti hari apa, tanggal berapa dan tahun berapa untuk aku bisa menyatakan apa yang aku rasakan.
Yang hanya aku pikirkan saat itu adalah aku ingin padanya, dan segera ingin bertemunya, bahkan besok sekalipun.
Hingga pada hari aku sudah mempersiapkan apa yang harus aku lakukan, sampaikan, berikan, dan…? Entahlah, biar dia yang memutuskan.
Aku dengan keyakinanku yang sederhana ini, siap untuk bertempur dengan perasaan perasaan yang tidak aku inginkan.
Aku senang dia penuh tawa.
Penuh ria,
penuh canda, dan aku suka.
Walaupun saat itu, saat dimana aku harus menyatakan perasaanku, harus melalui perjuangan.
Tuhan memang maha adil.
Aku harus melewati ini, demi aku mendapatkan hasil yang memuaskan, yang aku inginkan.
Kira kira begitulah yang aku pikirkan saat itu.
Semua begitu seruu di campur sunyi,
karna waktu itu sudah malam dan dingin.
Hingga pada akhirnya aku sudah berdamai dengan diriku, dengan nona rara, inyira, insyi, syira, si tuan putri. Ah!, menggemaskan.
Semua yang sudah ku persiapkan kemarin, jauh berbeda dengan apa yang aku katakan langsung pada saat itu.
Dihiasi dengan siomay, dan jus jeruk yang sangat sederhana, tidak tahu mengapa itu cukup membuatku menjadi yakin.
And I would never be myself without her.
Ini perasaan yang cukup menenangkan, tidak ada egois, tidak ada penyesalan, sehingga membuat ku selalu ingin dengannya.
Apapun yang aku harus lakukan sekarang adalah aku mempersiapkan diriku dan rinduku yang membeludak.
Hari dimana aku melihatnya seperti nona kayangan yang berasal dari Disney. Dia cantik dan berbakat.
Ah sial! Permainan itu membuatku rindu. Aku ingin pesan satu dirumah, ice skating!, untuk bermain sepanjang waktu bersamanya. Persetan, jatuh atau pun tidak, aku tetap senang.
Tuhan menciptakan dingin untuk membuatku hangat di peluknya.
Sial! Malam itu memang malam penuh ketegangan.
Aku tulis disini karna aku sudah lupa bagaimana cara menulis,
Sudah lama tidak sekolah. Bukan
karna aku malas, tetapi memang aku sudah kuliah.
Bekasi, Jakarta, Bogor memang punya cerita sendiri, dan terima kasih.
Terima kasih, kau telah menjaga aman dirinya untuk ku.
Dan sekarang giliran ku, untuk menjaga aman dirinya, untuk diriku.
Bekasi, Jakarta, Bogor memang punya cerita sendiri, dan terima kasih.
Terima kasih, kau telah menjaga aman dirinya untuk ku.
Dan sekarang giliran ku, untuk menjaga aman dirinya, untuk diriku.
-rama
Comments
Post a Comment